Soemantri Praptokoesoemo (EYD: Sumantri Praptokusumo; 12 Juni 1912 – 13 Maret 1992) adalah seorang aktivis, pekerja sosial, akademikus, sosiolog dan teknokrat asal Indonesia yang turut serta dalam Revolusi Nasional Indonesia.
Kehidupan awal
Soemantri Praptokoesoemo lahir di Kranggan, Temanggung pada tanggal 12 Juni 1912. Ia merupakan anak tertua dari tiga bersaudara. Ketika ayahnya meninggal dunia pada saat ia masih kecil, keluarga pindah ke Madiun dan diserahkan kepada pamannya yang seorang Bupati Wonosobo yang bernama Raden Mas Toemenggong Soerjohadikoesoemo.[1][2]
Ia kemudian disekolahkan di Inlandsche School selama satu tahun, sebelum ia kemudian pindah ke Blora untuk mengikuti pamannya yang seorang Adjunct Djaksa. Di sana, ia dimasukkan ke HIS dan tamat pada tahun 1926.[1][2]
Ketika ia melihat pamannya yang harus menyembah dan mlaku ndhodhok di hadapan salah seorang residen Belanda supaya ia dapat izin masuk sekolah tersebut, ia memutuskan untuk tidak menjadi pamong praja dan masuk OSVIA. Ia kemudian memutuskan untuk melanjutkan sekolah di MULO di Surabaya supaya ia dapat menjadi hakim. Cita-cita ini timbul karena ia melihat bahwa kedudukan hakim tidak berada di bawah residen sehingga tidak perlu menyembah residen.[2]
Sejak bersekolah di MULO, ia telah mendapat pengaruh dari berbagai tokoh nasionalis melalui pidato-pidato mereka. Ia juga merasakan adanya diskriminasi terhadap murid-murid yang masuk MULO dari HIS, yang mendapat perlakuan yang berbeda dengan murid-murid dari ELS. Pengaruh itu membawa ia dan kawan-kawan mendirikan perkumpulan anak-anak Indonesia dengan nama Indonesische MULO Vereeniging (IMV), di mana ia menjabat sebagai wakil ketuanya. Selain itu, ia juga bergabung dalam organisasi lainnya seperti Jong Java.[2]
Setamatnya dari MULO, ia pindah ke Bandung dan bersekolah di AMS. Ketika ia di Bandung, ia bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa Rechtshoogeschool te Batavia yang datang ke Bandung, terutama dari Mohammad Yamin, yang menyampaikan ide-ide mengenai nasionalisme. Setelah lulus dari MULO, ia kemudian menjadi anggota Pengurus Indonesia Moeda di Bandung.[2]
Soemantri sempat berkeinginan untuk melanjutkan studi di Prancis dan Belanda untuk memperdalam studi bahasa Prancis, namun ia gagal mendapatkan beasiswa untuk membawanya ke sana. Karena itu, ia kemudian melanjutkan sekolahnya ke Rechtshoogeschool te Batavia dengan jurusan sosiologi dan ekonomi. Ia lulus pada tahun 1942. Ketika ia menjadi mahasiswa, ia juga bergabung dalam organisasi Unitas Studiosorum Indonesiesis (USI), juga Jong Java dan Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI).[2]
Ia menyelesaikan studinya ketika Jepang mulai menduduki Hindia Belanda. Ia kemudian bekerja di Bagian Sosial Kantor Perburuhan, Departemen Dalam Negeri di Jakarta. dengan tugas dalam Transmigrasi Petani ke Lampung dan juga urusan dalam Rōmusha dan bantuan untuk fakir miskin.[3][2]