Pengaruh Pergerakan

Sejak di MULO, ia telah mendapat pengaruh dari Orang Pergerakan Nasional melalui pidato-pidato dari Orang Pergerakan. Terutama karena ia merasa adanya diskriminasi terhadap murid-murid yang masuk MULO dari HIS, yang mana harus memulai dari ELS Europeesche Lagere School. Pengaruh itu membawa ia dan kawan-kawan mendirikan perkumpulan anak-anak Indonesia yang bersekolah di MULO, dimana Ia menjadi Wakil Ketua I.M.V Indonesische MULO Vereeniging. Selain itu, ia juga bergabung menjadi anggota organisasi Jong Java.

Setelah tamat dari MULO, ia di pindah ke Kota Bandung dan bersekolah di AMS Algemeene Middelbare School setingkat SMA. Di sekolah ini minatnya kemudian berkembang terhadap mata pelajaran bahasa dan bahasa asing. Ia sangat tertarik terhadap bahasa Perancis, dikarenakan bahasa Perancis merupakan bahasa diplomasi pada masa itu.

(Foto : Ijazah)

Pengaruh orang-orang Pergerakan terhadap pendidikannya didapat melalui kursus-kursus yang di berikan oleh mahasiswa-mahasiswa Rechtshoogeschool te Batavia di Jakarta yang datang ke Kota Bandung, terutama dari Mohammad Yamin. Kemudian ia menjadi Pengurus Indonesia Moeda di Bandung.

Keinginannya untuk melanjutkan dan memperdalam bahasa Perancis di Negara Prancis dan negara Belanda tidak dapat terlaksana, karena ia tidak berhasil mendapatkan Beasiswa. Karena itu ia terpaksa masuk kuliah di Rechtshoogeschool te Batavia dan memilih jurusan Sociologisch Economissch dan selesai pada tahun 1942, dengan judul Skripsi De Sociaal Economische Toestand Van De Desa Plered (Purwakarta) – Met Nadruk op de Keramische Industrie artinya Keadaaan Sosial-ekonimis desa Plered (Purwakarta) dengan menekankan pada kerajinan usaha keramik.

Selama menjadi mahasiswa, ia tinggal bersama pamannya yang berdomisili di kota Bogor. Ia juga bergabung dalam organisasi Unitas Studiosorum Indonesiesis (USI), juga Jong Java dan Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI)

Masa Pendudukan Jepang Dan Masa Awal Kemerdekaan.

Setelah menyelesaikan studinya di Rechtshoogeschool te Batavia, kemudian pada zaman penjajahan Jepang, ia bekerja di Gunseikanbu Naimubu Rumokyoku Koseika (Bagian Sosial Kantor Perburuhan, Departemen Dalam Negeri) di Jakarta. dengan tugas Nugyo Imin (Transmigrasi Petani) ke Lampung dan juga urusan dalam Rōmusha dan bantuan untuk fakir miskin.

Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, kantor Naimubu menjadi kantor Kementerian Sosial di bawah Menteri Iwa Koesoemasoemantri, dengan program utama mencegah orang-orang Indonesia menjadi jongos atau babu orang Belanda.

Pengalaman yang sangat heroik yang di alami oleh Soemantri Praptokoesoemo pada masa ini adalah adanya insiden bendera di Kementerian dalam Negeri, karena bendera Merah Putih di turunkan oleh Kempeitai, sehingga dirasakan perlunya Menteri dalam Negeri yang saat itu di jabat oleh Wiranatakusumah V ikut menghadiri apel pengibaran bendera tersebut. Di dalam apel ini Soemantri Praptokoesoemo menjadi anggota pengibar bendera. Ia sempat di ancam Kempeitai tetapi tidak di perdulikannya. Persoalan tersebut kemudian selesai dengan pindahnya orang orang jepang yang bekerja untuk Naimubu dari kantor tersebut.

Masa Agresi Belanda I dan II.

Setelah masuknya NICA , kantor Kementerian Sosial pindah ke Jalan Cemara dan setelah situasi bertambah gawat, pindah kembali ke Daerah Istimewa Yogyakarta, dan selama Revolusi fisik berkantor di Jalan Code bersama-sama dengan Kementerian Penerangan dan Kementerian Pertahanan.

Departemen Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia didirikan pada tanggal 19 Agustus 1945 oleh Surat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Tugas utama adalah mengurus korban perjuangan perang dan pengungsi fakir miskin serta anak yatim.

Tilgram Dinas Soemantri Praptokoesoemo 6-8-1947
(Foto : Tilgram Dinas Soemantri Praptokoesoemo 6-8-1947 (Arsip Statis ANRI))
(Foto : Tilgram Dinas Soemantri Praptokoesoemo 7-8-1947 (Arsip Statis ANRI))

Pada masa Agresi Militer Belanda II, Kantor di Jalan Code dihancurkan belanda, sehingga harus mulai kembali dari awal, dimana kantor berpidah ke Tugu No.48

Soemantri Praptokoesoemo merupakan salah seorang penyusun organisasi Departemen Sosial. Ia juga telah menciptakan cara-cara bimbingan sosial terhadap masyarakat dengan usaha mengalihkan kenakalan anak-anak bandel menjadi kurir-kurir yang berani, dengan tujuan untuk menghubungi para gerilyawan pejuang kemerdekaan dan merampas senjata-senjata Belanda.

Setelah pengakuan kemerdekaan Indonesia, kementerian Sosial pindah kembali ke Jakarta, Tetapi Soemantri Praptokoesoemo tetap tinggal di Yogyakarta dan bekerja pada Kementerian Sosial Republik Indonesia.

(Foto : Lambang Pembangunan Sosial)

Prof. Mr. Haji. Raden Mas. Soemantri Praptokoesoemo adalah pencipta lambang pembangunan kesejahteraan sosial / Lambang Pembangunan Sosial (Adicita Pekerjaan Sosial) pada tanggal 20 Desember 1949.

(Foto : Logo Departemen Sosial RI, Logo PSM, Satyalancana Kebaktian Sosial, Logo Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional)

Dimana kemudian lambang tersebut pernah menjadi lambang atau logo Departemen Sosial dan lambangnya Pembimbing Pekerja Sosial (PPS) serta lambang kebanggaan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), selanjutnya digunakan menjadi dasar Lambang Satyalancana Kebaktian Sosial (PP No.032 Tahun 1959) (PERMENSOS NO.10 TAHUN 2019). Pada tanggal 20 Desember ini pula di tetapkan sebagai “Hari Sosial” atau “Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional” (HKSN). Ia menjabat sebagai Sekretaris Jendral Departemen Sosial Republik Indonesia Yogyakarta.

Pada Masa RIS, Orde Lama dan Orde Baru

Pada masa RIS Republik Indonesia Serikat ia tetap bekerja di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Pimpinan Bagian Tehnis Departemen Sosial.

Pada tahun 1952 Soemantri Praptokoesoemo menjadi Advocat dan Memimpin Delegasi Indonesia pada Konperensi Kerdja Sosial Internasional Ke-6, yang di selenggarakan di Madras/ Chennai, India.

(Foto : Soemantri Praptokoesoemo (Kanan), Menteri Sosial Muljadi Djojomartono (Tengah))
(Foto : Gedung BPPS (Dokumen : Jurnal AgriWidya)
(Foto : Kantor B2P3KS YOGYAKARTA (Dokumen Mapio.net))

Pada masa Menteri Muljadi Djojomartono ia dikirim ke Inggris pada tahun 1957-1958 untuk belajar masalah kesejahteraan sosial Course of Instruction in Social Welfare selama satu tahun, yang dimana sebelumnya ia telah mendirikan BPPS (Balai Persiapan Pekerjaan Sosial)/ BPPS (Balai Penyelidikan dan Penyanderaan Sosial)/ BPKS {Balai Penelitian Kesejahteraan Sosial}/ B2P3KS (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial) di Yogyakarta pada tahun 1952. 

Soemantri Praptokoesoemo adalah pencetus/penggagas moto “Tat Twam Asi” (Aku Adalah Engkau, Engkau Adalah Aku)” pada tahun 1958, yang mana moto ini di gunakan oleh Dinas Sosial Departemen Sosial / Kementerian Sosial.

(Foto : Lembaga Sosial Desa)

Soemantri Praptokoesoemo adalah Pencetus / pelopor pelaksanaan LSD (Lembaga Sosial Desa) pada tanggal 5 Mei 1952, dimana pada tanggal 5 Mei ini selalu kita peringati sebagai “Hari Lembaga Sosial Desa”. Soemantri Praptokoesoemo di nobatkan dan mendapatkan gelar “Bapak Lembaga Sosial Desa” oleh Mushjawarah Pendewasaan L.S.D, Djawa Tengah yang di selenggarakan di kota Solo pada tanggal 7 Mei 1962.

(Foto : Copy Laporan Tahunan Universitit Negeri Gadjah Mada 1953-1954 (Arsip Sejarah UGM))

Pada tahun 1952, Soemantri Praptokoesoemo menjadi pengurus Yayasan Guna Dharma yang bertugas mencari dana untuk mendirikan asrama-asrama mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang mana yayasan tersebut didirikan oleh Sri Paduka Sultan Hamengkubuwana IX, Sutedjo Brodjonegoro, Sardjito, Dokter Sahir Nitihardjo.

(Foto : Dokumen ruangguru.com)

Soemantri Praptokoesoemo merupakan salah satu perintis Fisip Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pada tahun 1956, Soemantri Praptokoesoemo menjadi Dosen Luar Biasa fakultas Sosial Politik di Universitas Gadjah Mada , Yogyakarta dalam mata kuliah Stadium Generale / Capita Selecta.

(Foto : Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial (Arsip Perpustakaan Nasional)
(Foto: Soemantri Praptokoesoemo (Kanan), Menteri Sosial Rusiah Sadjono (Kiri))

Soemantri Praptokoesoemo adalah tokoh pertama yang memelopori pendirian sekolah-sekolah (Sekolah Pekerja Sosial Tingkat Atas (SPSA)) di kota-kota di pulau Jawa mencakup Bandung, Yogyakarta dan Malang pada periode tahun 1957-1964. Beberapa menamakan sekolah ini Sekolah Menengah Perkerjaan Sosial (SPSA) dan Akademi Pendidikan Pekerja Sosial (APPS) dimana sekolah itu menawarkan kursus 2 tahun lanjutan di bidang Sosial Work, yang di resmikan pada tahun 1964 Oleh Menteri Sosial Rusiah Sardjono.

(Foto : Soemantri Praptokoesoemo (Pendiri Fisip UMJ))

Pada Tahun 1961, Soemantri Praptokoesoemo, mendirikan Fakultas Kesejahteraan Sosial di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Pada mulanya Ia merintis Fakultas ini sejak tahun 1960, saat Ia menjabat Sekretaris Jenderal Departemen Sosial Republik Indonesia. Ia menawarkan gagasan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mendirikan Fakultas Kesejahteraan Sosial di Jakarta. Prakarsa itu dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa Muhammadiyah adalah suatu organisasi Islam yang bergerak di bidang keagamaan dan sosial yang telah memiliki Majelis Pembina Kesejahteraan Umat yang menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial bagi anak terlantar, fakir miskin dan masalah sosial lainnya. Pendirian perguruan tinggi ini juga dimaksudkan untuk mendidik tenaga profesional di bidang kesejahteraan sosial. Atas dukungan Menteri Sosial RI Muljadi Djojomartono maka setahun kemudian (18 Nopember 1961) didirikanlah Fakultas Kesejahteraan Sosial (FKS).

Pada tahun 1980 nama FKS berubah menjadi Fakultas Ilmu-ilmu Sosial (FIS). Kemudian pada tahun 1985, nama FIS berubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP-UMJ). Soemantri Praptokoesoemo menjabat Guru Besar/ Dekan Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk periode 1961-1973 / 1973-1977 / 1977-1982 / 1982-1985. FISIP-UMJ Universitas Muhammadiyah Jakarta juga merupakan fakultas tertua dilingkungan Universitas Muhammadiyah yang berada di seluruh Indonesia.

(Foto : Dokumen https://penmas.upi.edu/sejarah/)

Soemantri Praptokoesoemo adalah salah satu perintis, pelopor, pendiri dan pengembangan jurusan/departemen Penmas – Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP / Universitas Pendidikan IndonesiaBandung. Pada tahun 1978 Soemantri Praptokoesoemo diangkat menjadi Guru Besar Luar Biasa pada Fakultas Keguruan (IKIP / Universitas Pendidikan Indonesia Bandung)

(Foto : Wisma Tanmiyat (Dokumen Data Tempo))

Soemantri Praptokoesoemo adalah pelopor/penggagas berdirinya Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Netra “Wisma Tan Miyat” yang diresmikan oleh Menteri Kesejahteraan Sosial pada tanggal 20 Desember 1959, berlokasi di Jl. R.S Fatmawati Jakarta Selatan. Dan pada tahun 1961 diadakan kerjasama dengan Depdiknas didirikanlah Sekolah Luar Biasa SLB/A “Tan Miyat” dalam rangka untuk mencerdaskan anak-anak penyandang cacat netra. Berdasarkan KEPMENSOS no.41 Tahun 1979 berubah nama menjadi Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Netra (PRPCN) “Wisma Tan Miyat” sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) berada dibawah Kanwil Departemen Sosial Propinsi DKI Jakarta. Pada tahun 1992 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI No. 47HUK1992 Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Netra PRPCN Wisma Tan Miyat dipindahkan ke Jl. H.Moelyadi Djoyomartono No.19 Bekasi Timur. Pada Tahun 1995 diadakan perubahan nama panti berdasarkan KEPMENSOS no.22/HUK/1995 menjadi Panti Sosial Bina Netra “Tan Miyat” Bekasi.

(Foto : Logo Karang Taruna)

Soemantri Praptokoesoemo adalah pencetus/penggagas ide Karang Taruna pada 26 september 1960 dengan tujuan untuk menampung kegiatan para remaja.

Pada masa menjelang G-30-S/PKI Gerakan 30 September ia mendirikan Ikatan Keluarga Sosial sebagai tandingan dari Sarekat Sekerdja Sosial yang kemudian di bekukan oleh dirinya sendiri selaku Sekretaris Jendral Departemen Sosial.

(Foto : Dokumen Arsip Statis ANRI)

Pada tanggal 7-18 Agustus 1967, Soemantri Praptokoesoemo mewakili Republik Indonesia hadir dalam pertemuan “The Interregional Expert Meeting on Social Welfare Organization and Administration”, yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa Bangsa di Kota Jenewa, Negara Swiss.

(Foto : Logo DNIKS)

Soemantri Praptokoesoemo adalah salah satu pendiri organisasi sosial non pemerintah yaitu Komite Nasional untuk Kesejahteraan Sosial berdasarkan pada Piagam Pendirian pada 17 Juli 1967 dan diangkat menjadi Ketua I, kemudian Komite tersebut berubah nama menjadi Dewan Nasional Indonesia dan Kesejahteraan Sosial (DNIKS) dimana pada musyawarah nasional di tahun 1970 Ia diangkat menjadi Sekjen DNIKS.

Prof. Mr. Haji. RM. Soemantri Praptokoesoemo pensiun dari Kementrian Sosial pada tahun 1969, namun beliau tetap berkarir sebagai pengajar atau dosen/guru besar di beberapa kampus negeri dan swasta di Indonesia hingga akhir hayatnya. Ia banyak menulis buku dan artikel mengenai Pekerjaan Sosial di Indonesia.

(Foto : Kunjungan pengurus yayasan bunga kemboja yang terdiri dari Ketua I Soemantri Praptokoesoemo(Kanan), Ketua II Harsono Tjokroaminoto(Kedua Dari Kanan), Ny. Solihin Wahid HAsjim(Ketiga Dari Kanan), Kepada Pj. Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo(Kiri), 08 September 1977 (Dokumen https://khastara.perpusnas.go.id/landing/detail/1114884))
(Foto : Logo Yayasan Bunga Kemboja)

Pada tahun 1976-1992, Soemantri Praptokoesoemo Menjadi Ketua Yayasan “Bunga Kemboja”, yaitu yayasan yang bergerak di bidang jasa pemulasaran jenazah, beralamat di Jl. Raya Pasar Minggu no.19, Jakarta Selatan.

( Foto : Kunjungan Pengurus Yayasan Dana Bantuan ke Kediaman Presiden Soeharto. (Soemantri Praptokoesoemo (Kedua dari kanan), Lasmidjah Hardi (Ketiga dari kanan))
(Foto : Logo Yayasan Dana Bantuan)

Pada periode yang sama di tahun 1976-1992, Soemantri Praptokoeosoemo juga menjadi Ketua Yayasan Dana Bantuan, dimana yayasan tersebut bergerak di bidang pelayanan sosial seperti memberikan beasiswa bagi pelajar yang kurang mampu, santunan kepada kaum lansia duafa serta kegiatan sosial lainnya, beralamat di Jl. Brawijaya Raya No.15, Jakarta Selatan.

(Foto : Surat Rekomendasi Dari Departemen Sosial RI, Bandan Penelitian Dan Pengembangan Sosial, 10 Juli 1991)

Pada tanggal 10 Juli 1991, Soemantri Praptokoesoemo pernah di rekomendasikan oleh Departemen Sosial RI, Badan Penelitian Dan Pengembangan Sosial sebagai calon penerima Anugrah Hamengku Buwono IX Award, Namun dikarenakan ia dalam keadaan berhalangan sakit keras menjelang wafat, maka penganugrahan tersebut tidak terlaksana.

Pada tanggal 26-28 Juli 2002, atas inisiatif Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, Jurusan Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia Jakarta, dan Jurusan Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran Bandung, menyelenggarakan Konfrensi Nasional Pekerja Sosial Profesional Indonesia tahun 2002 bertempat di aula Universitas Padjadjaran Bandung sebagai tempat pembukaan dan di Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung sebagai kegiataan konfrensi, yang di hadiri oleh Menteri Sosial RI Bachtiar Chamsyah,S.E. Dalam acara konfrensi tersebut diadakan penganughrahan “Award Perintis Pendidikan Pekerjaaan/Kesejahteraan Sosial Indonesia Tahun 2002” kepada Prof. H. Soemantri Praptokoesoemo, S.H.

Wafat / Meninggal Dunia

Prof. Mr. Haji. R.M. Soemantri Praptokoesoemo wafat pada tanggal 13 Maret 1992 di Jakarta dan dikebumikan di tempat pemakaman bukan umum Yayasan Wredatama “Giri Tama” Tonjong, Bogor, Jawa Barat, Block A Taman Anyelir.